Maulid Basa di Desa Pegayaman
Admin sukasada | 23 Desember 2015 | 876 kali
Rangkaian janur kuning menghiasi jalan masuk Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada, Buleleng, Selasa (23/12/2015).
Dari perbatasan jalan masuk Kampung Islam yang telah berdiri sejak abad ke-XV ini, terdengar sayup-sayup tetabuhan rebana dan syair-syair islami berirama Bali.
Syair-syair dengan iringan tetabuhan rebana itu dilantunkan sekelompok pria yang tergabung dalam Sekaa Hadrah.
Mengenakan peci berbalut pita merah putih serta setelan celana panjang dan kemeja, mereka mengantarkan seorang pria yang membawa Sokok Basa ke Masjid Jamik Safinatussalam Pegayaman.
Sokok Basa merupakan sebuah bebantenan yang terdiri dari telur ditusuk-tusuk dan diletakkan di atas pajegan.
Sebuah rangkaian bambu yang dihiasi bunga-bunga dan buah-buahan di bawahnya.
Saat takmir masjid menerimanya, ia mencabut sebutir telur dan menyerahkannya kepada pria pengantar Sokok Basa itu.
Penyerahan Sokok Basa ini merupakan bagian dari tradisi Maulid Basa, rangkaian perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.
“Sebutir telur yang diberikan kembali itu adalah upah bagi pengantarnya.
Ada kebanggaan sendiri menyimpan telur itu di rumahnya.
Sokok Basa ini dibuat oleh masyarakat Pegayaman, bebas bagi yang ingin membuat, kali ini ada 20 yang terkumpul,” ujar Ketua Panitia Maulid Nabi Muhammad SAW, Muhammad Suharto.
Di sela penyerahan sokok, Sekaa Hadrah menari tarian silat sembari diiringi tetabuhan rebana di depan masjid. Ada lima Sekaa Hadrah di Pegayaman sesuai banjarnya.
Sementara sejumlah pria berlalu-lalang sembari membawa bungkusa-bungkusan makanan untuk dikumpulkan di dalam masjid.
Bungkusan makanan yang semalamnya dimasak ibu-ibu desa itu di rumah ketua adat sembari dihibur Sekaa Burdah.
“Tadi malamnya ibu-ibu memasak di kepenghuluan satu malam suntuk dihibur oleh sekaan burdah, sekaa yang memakai rebana besar melantunkan syair-syair dari Arab dengan irama Bali,” kata Muharto.
Usai semua terkumpul, mereka melaksanakan dzikir maulid di dalam masjid, ceramah keagamaan, dan setelah seluruh seremoni dilalui, telur-telur di Sokok Basa itu dibagikan bersamaan dengan makanan yang telah dimasak sebelumnya.
“Perlambangan telur itu adalah masjid, di dalamnya ada sari, Al-Qur’an dan penyangganya umat, dikokohkan dengan kebersamaan umat. Di pajegan mita, bunga basa, di bawahnya ada buah.
Ini sebuah akuluturasi budaya Bali dan Pegayaman, ketika budaya Bali masuk Pegayaman jadinya seperti ini,” tuturnya.
Perayaan maulid ini telah berlangsung selama dua pekan.
Tujuh Sekaa Wirid setiap malam bergantian membaca syair-syair di dalam masjid.
“Niatan kita hari ini juga untuk meselametan desa, bagaimana desa kita bisa terlepas dari bala dan selamat menjadi yang lebih baik. Masyarakat yanga ada di rantau pulang semua hanya untuk ini, kesempatan bersilaturahmi bersama keluarga,” ucapnya.
Puncak perayaan maulid akan berlangsung esok harinya, Rabu (24/12). Nyama Selam di kampung ini akan membawa ratusan Sokok Sala. Diiringi pula berbagai hiburan seperti pawai dan pencak silat.