Salah satu upaya untuk mewujudkan pembangunan Buleleng yang merata disegala aspek dengan falsafah Tri Hita Karana yang dijiwai oleh Agama Hindu, maka diperlukan berbagai upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia khususnya disektor pertanian.
Sehubungan dengan hal tersebut, dimana Subak dan Subak Abian sebagai lembaga adat/tradisional yang bergerak disektor pertanian yang telah diakui sebagai warisan budaya dunia oleh Unesco dan juga merupakan warisan yang ada sejak dahulu dengan bukti ditemukannya prasasti di Desa Wanagiri Kecamatan Sukasada, hal tersebut merupakan peluang dan tantangan dalam mempertahankan keberadaan dan keberdayaan lembaga Subak dan Subak Abian di Propinsi Bali khususnya di Kabupaten Buleleng.
Subak Abian sebagai lembaga tradisional yang khusus bergerak di bidang pertanian lahan kering yang dikenal sebagai organisasi agraris, ekonomis, religius yang ada di Bali sejak dahulu yang dipertahankan keberadaannya sampai sekarang.
Guna mempertahankan keberadaan subak, Pemerintah kabupaten Buleleng melalui Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng setiap tahun mengadakan Lomba Subak dan Subak Abian antar kecamatan yang diwakili oleh Subak yang terdapat diwilayah Kecamatan tersebut.
Untuk di Tahun 2018 ini, lomba Subak Abian yang kembali diikuti Kecamatan Sukasada diwakili oleh Subak Abian Sari Ratnadi Desa Kayuputih. dengan bertempat di Pura Subak Abian Sari Ratnadi Desa Kayuputih, dalam penilaian kali ini dihadiri Wakil Bupati Buleleng dr I Nyoman Sutjidra, Sp.OG dengan didampingi Kepala Dinas Kebudayaan Drs. Gde Komang M.Si., Camat Sukasada I Made Dwi Adnyana, S.STP, Perbekel Kayuputih I Ketut Sumanaya, SE, serta beberapa Kepala SKPD terkait lingkup Kabupaten Buleleng dan Tim Pendamping dari Kecamatan.
Dalam sambutannya Wabup Sutjidra menyampaikan agar Tri Hita Karana di Subak Abian tetap dilaksanakan, sehingga keberadaan subak khususnya subak abian tetap lestari, hal tersebut ditekankan mengingat banyaknya alih fungsi lahan yang terjadi diberbagai wilayah.
Dalam kegiatan Penilaian lomba subak dibagi menjadi tiga bagian, dalam Bahasa Bali disebut Baga. Tiga bagian tersebut tidak lepas dari unsur Tri Hita Karana yakni Parhyangan, Pawongan dan Palemahan.